Paket Mimpi Tukang Kado: Melesat Sat Set Bersama JNE

(Cerita seorang perempuan yang mengirim lebih dari sekadar paket)

Kalau ada yang bilang mimpi itu gratis, aku setuju. Tapi untuk mewujudkannya? Nyatanya harus dibayar dengan air mata, bahkan waktu tidur yang hanya tersisa dua jam sehari. Walau begitu teruslah bermimpi. Justru mimpilah bahan bakar kita menuju kenyataan. 

Aku Dofa. Perempuan biasa, tapi punya cerita yang mungkin nggak biasa. Aku lahir di Pontianak. Aku Si Pengirim Mimpi ke seluruh penjuru negeri.


Paket Mimpi Tukang Kado: Melesat Sat Set Bersama JNE
Ilustrasi: Paket Mimpi Tukang Kado: Melesat Sat Set Bersama JNE


Babak 1: Hutan dan Harapan

Usia delapan tahun, aku udah paham:
Kadang hidup gak adil. Tapi kita tetap harus jalan.

Hari Minggu buat anak lain mungkin waktu main atau tidur lebih lama. Buatku? Waktunya menelusuri hutan. Aku dan beberapa teman yang berangkat jam 5 pagi. Jalan kaki sejauh puluhan kilometer, menembus belantara, untuk mencari pakis. 

Kaki lecet, berdarah, melewati jalan lembab dan tak jarang tertusuk duri, tapi harus kuat. Karena di ujung semua rasa sakit itu, ada sepuluh ribu rupiah yang jadi penyelamat.

Kadang, kalau lapar, kami makan buah liar yang ada di hutan. Kami baru akan pulang, ketika matahari sudah terbenam. Dengan membawa pakis yang digendong di punggung pakai kain. Semua harus diikat rapi sebelum dijual ke pengepul. Kalau kurang dari seratus ikatan, aku cuma bisa pasrah. Berarti, kurang dari sepuluh ribu rezekiku di hari itu. 

Seberapapun hasilnya, aku syukuri. Karena sedikit tabungan bisa jadi tiket ke pasar malam. Dan waktu itu, main ke pasar malam adalah definisi bahagia versi aku. 


Babak 2: Dari Kursi Restoran ke Kursi Kuliah

Tahun-tahun pun berlalu. Aku tumbuh, tapi bebanku tumbuh lebih dulu.
Umur 17, aku kuliah sendiri—tanpa sepeserpun  bantuan orang tua. Bukan karena aku nggak punya orang tua. Tapi, tak semua orang tua bisa jadi rumah. Bahkan buat makan pun aku harus mikir dan kerja keras.

Ada banyak hal yang bikin keadaanku serumit itu. Aku sempat merasa hidupku gagal total. Tapi aku nggak mau berhenti. Aku mau melesat. Sat set. Seperti tema yang diusung JNE kali ini.  

Untungnya, Tuhan menganugerahkan kecerdasan dan bakat yang bisa kugunakan untuk meraih beasiswa. Ya, aku berhasil lolos seleksi beasiswa berkat prestasiku dalam bernyanyi. 

Dari beasiswa itu, aku mendapatkan pembebasan uang semester dan uang saku sebesar Rp600.000 per bulan. Jujur saja, di Pontianak, jumlah sebesar itu tidak bisa mencukupi kebutuhan gadis remaja sepertiku.  Bahkan, rasanya tak cukup sekadar untuk bertahan hidup—apalagi untuk bermimpi.

Akhirnya aku memutuskan bekerja sebagai waitress di restoran. Gajinya lumayan: Rp1,5 juta per bulan. Tapi tetap nggak cukup buat semua mimpi yang numpuk di kepala. Lalu aku mikir, apa lagi yang bisa kulakukan?

Aku ingat, aku selalu suka nyanyi.

Dan prestasi menyanyi lah, tiket pertama yang membawa aku kuliah dengan beasiswa.  Jadi aku mulai ambil job nyanyi reguler di café-café Pontianak tiap Sabtu-Minggu. Kadang ada job, kadang nggak. Kadang cuma nyanyi tiga lagu, kadang sampai tengah malam. Yang pada saat itu bayaranku hanya sekitar Rp100.000 sekali manggung.

Tapi setiap lembar uang yang kuterima rasanya seperti tiket kebebasan. Minimal, aku bisa beli parfum yang sudah lama aku idamkan. Atau traktir diriku sendiri makan ayam goreng renyah yang cuma kulihat di spanduk restoran sepulang-perginya aku kuliah.

Bernyanyi membawa kesenangan tersendiri buatku, walau suaraku serak sepulangnya sebab tidur yang kurang. Tapi hati rasanya kaya banget. Karena aku nggak cuma cari uang. Aku cari rasa bahwa aku berharga.


Babak 3: Lahirnya Tukang Kado

Aku masih merasa bahwa uang yang kudapat dari hasil kerja dan menyanyi masih belum cukup. Bukannya aku tidak bersyukur, tapi aku ingin punya motor. Jadi, aku nggak perlu pinjam  motor orang rumah atau naik ojol (ojek online) lagi ketika pergi kuliah. Sebab, ini seringkali membuatku terlambat ke kampus. 

Lalu terlintas di benakku, untuk membuka toko online khusus area Pontianak dan sekitarnya. Yang menjual produk khusus: Buket bunga, explosion box dan gift handmade. Karena dari kecil aku aku suka bikin kerajinan tangan. Tanganku juga terbiasa bikin sesuatu dari nol.

Dan waktu itu—tahun 2018—belum banyak orang jual buket bunga atau explosion box di Pontianak. Bermodalkan semangat dan rasa percaya diri yang nggak tahu malu, aku memulai usaha kecilku. Dengan metode promosi sederhana yang hanya melalui instagram, aku beranikan diri untuk memposting produk jualanku.

Orderan pertamaku berasal dari teman-teman SMA-ku. Aku sangat senang mulai hari itu, banyak temanku yang menyukai produk jualanku, semakin hari orderan ku semakin banyak. Dari yang kenal sampai pelanggan dari mana saja berdatangan. Yang awalnya hanya area Pontianak lalu menjadi se-Kalimantan Barat. Mulai dari yang muda bahkan kakek-kakek pernah memesan produk jualanku untuk diberikan ke istrinya. 

Sampai tiba-tiba ada orderan yang berasal dari Jogja. “Deg”: jantungku rasanya berhenti berdetak, seolah nge-freeze. Aah, rasanya ga karuan. Ini orderan pertama yang datang dari pulau Jawa. Selama ini aku hanya melayani pemesanan area se-Kalimantan Barat saja. 

Pertanyaanku pertama kali, bukan “siapa yang pesan?”, Tapi: “Gimana cara ngirimnya?”

Karena aku gatau ekspedisi lain selain JNE kala itu, aku belum pernah kirim paket keluar Pulau juga sebelumnya. Dengan cepat, Aku memutuskan untuk menggunakan JNE sebagai pengantar mimpiku keluar pulau. 


Babak 4: SAT SET Bareng JNE

Udah lama banget aku nggak ikut lomba nulis, setelah sekian lama, akhirnya JNE membuatku bergairah dalam menulis lagi. Tau gak sih? Ini membuat aku kembali teringat memori indah bertahun-tahun lalu seperti rasa jatuh cinta pada awal perkenalan. 

Haha,  Aku ingat banget rasanya waktu pertama kali datang ke agen JNE. Bawa kotak kado warna merah, deg-degan setengah mati. Takut banget kalau paketku rusak, hilang, atau nyasar. Karena ini bakal jadi kado valentine dari pelangganku buat pasangannya.  

Tapi, mbak-mbak JNE bilang, “Tenang aja, kak. Aman kok. Nanti ada resi buat tracking paketnya”.

Dan benar saja. Tiga hari kemudian, pelangganku kirim foto paketku sudah sampai Jogja. Dia bilang puas banget. Waktu baca pesannya, aku nangis sendirian malam-malam. Karena rasanya begitu mengharukan membaca pesan testimoni yang sangat manis. Seolah hari itu, bukan dia saja yang merasa bahagia dan senang di hari valentine. Tapi, ada dofa gadis kecil yang kegirangan di balik layar. 

“Dari Pontianak ke Jogja, ternyata mimpiku bisa sampai juga”

JNE jadi jembatanku. Bukan cuma kirim barang, tapi kirim cita-cita dari kota kecil ke kota yang bahkan aku pun belum pernah menginjaknya.

Setelah Jogja, datang Jambi, Bali, hingga Singapura dan Malaysia. Aku? Masih gadis 17 tahun ini, tiba-tiba punya penghasilan Rp4.000.000 sebulan. Aku bisa punya motor bahkan hape baru yang kubeli dengan keringatku sendiri. 

Tapi ini nggak dateng cuma-cuma. Aku harus rela tidur cuma 2 jam sehari. Aku selalu ingat kata-kata Om Rhoma Irama: “Begadang boleh saja, kalau ada perlunya”


Babak 5: Dari Tukang Kado ke Pembimbing UMKM

Sesuatu yang aku nggak pernah bayangin terjadi:
Berkat bisnis kado ini, aku diundang untuk menjadi salah satu pembimbing UMKM di Pontianak dalam pelatihan yang diadakan Kementerian Pendidikan & Kebudayaan (Kemendikbud) di tahun 2019. 

Rasanya, masih seperti baru kemarin memulai ini semua. Walau aku masih jauh dari kata sukses. Hari itu, aku diijinkan untuk berbagi pengalaman ke pengusaha mikro lainnya. Ngomongin soal branding, packaging, marketing, dan pengiriman.

Dan di tiap sesi aku bilang:
“Pilih ekspedisi yang gak sekadar cepat, tapi juga dekat. Kayak aku dan JNE.”


Babak 6: Kirim Luka, Bungkus Jadi Harapan

Kadang aku duduk sendiri, sambil mikir: “Beneran ini aku? Anak yang dulu buat main ke pasar malam aja harus ke hutan dulu, sekarang bisa kirim produk sendiri sampai ke luar negeri?” 

Sekarang umurku 21. Usahaku tetap jalan, pelangganku tetap percaya. Bukan karena aku paling hebat. Tapi karena aku paling jujur—dari awal sampai hari ini.

Setiap produk yang dikirim ke pelanggan, tetap kubungkus dengan doa dan rasa. 

Aku sangat bangga bisa berada di titik ini. Aku masih punya banyak mimpi baru. Dan aku masih yakin, kalau mimpi nggak punya batas. Karena mimpiku pernah diantar JNE. Dari Pontianak, melesat ke berbagai kota di Indonesia. Sat Set. 

Terima kasih, JNE. Karena buatku, kalian bukan cuma kirim paket. Kalian kirim harapanku. Kalian kirim rasa percaya diri. Kalian kirim mimpi.


Penutup: Untuk Kamu yang Lagi Lelah

Kalau kamu lagi capek, lagi ngerasa kecil, lagi bingung arah:
Percaya deh—kamu nggak sendirian.

Aku juga pernah di titik itu.
Pernah kelaparan.
Pernah merasa gak cukup.
Pernah bangun pagi dengan tangisan, bukan semangat.
Tapi aku terus jalan. SAT SET.

Karena diam gak bikin kenyang.
Dan mimpi gak akan datang kalau gak dikirim.

Sekarang?
Aku tukang kado. Tukang mimpi. Tukang kirim cinta pakai JNE.
Dan kamu… juga bisa.

Asal jangan berhenti.


#JNE #ConnectingHappiness #JNE34SatSet #JNE34Tahun #JNEContentCompetition2025 #JNEInspirasiTanpaBatas


Dofa

Hopefully article about Paket Mimpi Tukang Kado: Melesat Sat Set Bersama JNE useful for Om Goegel loyal readers.

Number of Posts:

No comments:

Post a Comment

RULES:
1. Hindari komentar SARA, porno, atau melanggar HAM
2. Disini bukan zona pertikaian (silahkan bertikai di ring lain)
3. Link tidak jelas serta mengarah ke pelanggaran kode etik dan hukum yang berlaku adalah HARAM disini
4. Penulis tidak bertanggung jawab atas apapun bentuk efek samping dari penyalahgunaan atau penyalahartian terhadap apapun konten dari blog ini
5. Penulis memiliki hak untuk menolak/menghapus komentar yang dianggap melanggar pasal-pasal di atas

PS:
“Jadilah orang yang sopan dan cerdas dalam berkomentar”.
Ask if you are not sure and/or don’t know or eager to know more,
Give solution if you found any errors, stop komentar-komentar kosong!

Contact Form

Name

Email *

Message *